Metode pengajaran Fisika harus diubah agar lebih disenangi siswa dengan memperbanyak melakukan praktikum, sebab cara yang dipakai selama ini monoton sehingga kurang diminati siswa.
"Melalui praktikum, pengajaran konsep yang dipaparkan melalui buku atau pengajar bisa lebih mudah terbuktikan sehingga siswa menyenangi pelajaran ini," kata Guru Besar Fisika Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Muhammad Syukur, di Medan, Sabtu. Ia mengakui pelajaran Fisika mungkin menempati urutan kedua setelah Matematika sebagai pelajaran yang kurang disenangi pelajar bahkan menjadi momok kegagalan.
Kini muncul buku fisika dengan elemen baru yang memberikan contoh-contoh konseptual sehingga dapat menghilangkan miskonsepsi yang selama ini terjadi. Kendalanya saat ini adalah kurangnya peralatan praktikum untuk mendukung pelajaran Fisika hingga mengakibatkan tidak semua bahasan Fisika bisa disampaikan melalui praktikum, katanya.
"Kondisi ini terjadi bukan hanya di sekolah bahkan di perguruan tinggi peralatan praktikum masih sangat kurang padahal, itu sangat penting untuk riset," katanya. Menurut dia, ada tiga aspek pengajaran fisika yang diperoleh pelajar yakni pengajar, buku dan pengalaman lingkungannya. Dari tiga cara tersebut, pengalaman merupakan yang paling sering memberikan kesalahan dalam pemikiran atau miskonsepsi mengenai salah satu topik, akibatnya pelajar menjadi bingung.
Hal sama juga dikatakan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan (Unimed), Radwan Sani. Ia menilai pembelajaran Fisika masih bersifat tradisional yakni lebih banyak dengan menggunakan metode ceramah. "Metode ceramah itu kurang efektif karena guru berlaku aktif dan siswa biasanya pasif. Selain itu pembelajaran pada umumnya berorientasi pada konten fisika,tidak berkaitan dengan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
"Melalui praktikum, pengajaran konsep yang dipaparkan melalui buku atau pengajar bisa lebih mudah terbuktikan sehingga siswa menyenangi pelajaran ini," kata Guru Besar Fisika Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Muhammad Syukur, di Medan, Sabtu. Ia mengakui pelajaran Fisika mungkin menempati urutan kedua setelah Matematika sebagai pelajaran yang kurang disenangi pelajar bahkan menjadi momok kegagalan.
Kini muncul buku fisika dengan elemen baru yang memberikan contoh-contoh konseptual sehingga dapat menghilangkan miskonsepsi yang selama ini terjadi. Kendalanya saat ini adalah kurangnya peralatan praktikum untuk mendukung pelajaran Fisika hingga mengakibatkan tidak semua bahasan Fisika bisa disampaikan melalui praktikum, katanya.
"Kondisi ini terjadi bukan hanya di sekolah bahkan di perguruan tinggi peralatan praktikum masih sangat kurang padahal, itu sangat penting untuk riset," katanya. Menurut dia, ada tiga aspek pengajaran fisika yang diperoleh pelajar yakni pengajar, buku dan pengalaman lingkungannya. Dari tiga cara tersebut, pengalaman merupakan yang paling sering memberikan kesalahan dalam pemikiran atau miskonsepsi mengenai salah satu topik, akibatnya pelajar menjadi bingung.
Hal sama juga dikatakan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan (Unimed), Radwan Sani. Ia menilai pembelajaran Fisika masih bersifat tradisional yakni lebih banyak dengan menggunakan metode ceramah. "Metode ceramah itu kurang efektif karena guru berlaku aktif dan siswa biasanya pasif. Selain itu pembelajaran pada umumnya berorientasi pada konten fisika,tidak berkaitan dengan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.